Recycle Brain

Strawman Fallacy

Saya sedang berada dalam kereta yang melaju menuju Kediri saat semburat mega merah menghiasi langit dengan indahnya. Menandai berakhirnya waktu solat subuh hari itu. Seorang bocah laki-laki di seberang kursi saya merengek minta sang ayah menceritakan kembali dongeng tentang kancil. Sang ayah dengan wajah lelah tak kuasa menolak permintaannya. Dongeng kancil di pagi hari. So sweet sekali.

Continue reading

Jika Harus Mencinta, Aku Memilih Rahwana

Mitologi masa lampau selalu sukses mengikat kita pada cinta sejati yang semu. Malam ini sedikit diskusi sama Dani. Adik romantis yang kadang blo’on tapi jenius. Banyak dongeng-dongeng, mitologi, yang menyesatkan pola pikir kita. Cerita-cerita Disney yang menuntun pada stigma “hanya wanita cantik dan pria tampan yang bisa bahagia”. Dulu seorang teman juga menulis di blognya tentang kisah sleeping beauty yang tak lebih dari cerita pangeran mesum yang seenaknya ‘nyosor’ putri cantik yang sedang tidur. Aku…

Continue reading

Sejarah Rakyat

Kalau kata para penulis cerita romansa, unsur yang menguatkan manusia adalah kemampuannya untuk memilih. Iya, kita diberi pilihan dan kebebasan untuk memilih. Dan sejujurnya aku begitu lelah mendapat pertanyaan yang sama : “Kenapa masuk sejarah?”, “Kenapa pilih jurusan sejarah”. Karena jawaban yang sama pun seolah tak pernah bisa memuaskan mereka yang bertanya. “Karena aku suka sejarah”, “Karena dari dulu memang ingin jadi guru sejarah”, “Karena terisnpirasi oleh guru sejarah SMP ku dulu”…. bla bla bla…

Continue reading

Pemain Kedua Belas

Akhirnya selesai juga baca buku ini. Pemain Kedua Belas. Setelah tersendat sekian lama karena berbagai kesibukan dan kemalasan, akhirnya hari ini khatam juga sampai halaman ke-214. Tulisan ini sendiri bisa dibilang review atau mungkin hanya sekedar refleksi pribadi dari apa yang bisa kumengerti. Yap. Karena selalu ada pembelajaran dalam setiap fenomena yang kita lihat, dalam setiap cerita yang kita dengar, dan dalam setiap rangkaian kata yang kita baca.

Continue reading