Saya sedang berada dalam kereta yang melaju menuju Kediri saat semburat mega merah menghiasi langit dengan indahnya. Menandai berakhirnya waktu solat subuh hari itu. Seorang bocah laki-laki di seberang kursi saya merengek minta sang ayah menceritakan kembali dongeng tentang kancil. Sang ayah dengan wajah lelah tak kuasa menolak permintaannya. Dongeng kancil di pagi hari. So sweet sekali.
Seketika saya melihat cerminan diri saya di diri bocah itu. Saya dibesarkan dengan dongeng dan kisah-kisah. Fabel kancil adalah salah satu favorit saya, terutama dongeng kancil mencuri ketimun. Berkali-kali saya minta Bapak menceritakannya hingga ada kalanya beliau jengah dan berujar “heh! Kancil terus kok gak bosen lho!”.
“Kancil yang nakal suka sekali mencuri ketimun di kebun milik Pak Tani. Berkali-kali, setiap hari. Kancil selalu saja bisa lolos dari jebakan-jebakan yang disiapkan pak tani. Pak tani juga selalu berjaga tiap hari, tapi tetap saja tak bisa menangkap kancil. Pak Tani kemudian membuat orang-orangan sawah yang menyerupai dirinya. Sekujur tubuh orang-orangan sawah itu dilumuri lem alteco (versi bapak saya lho ini!) kemudian diletakkan di tengah-tengah ladang. Selain berharap agar si kancil takut dan tak mendekati ladangnya, orang-orangan sawah ini juga jadi jebakan untuk kancil. Malamnya, kancil datang hendak mencuri ketimun. Ia melihat sosok gelap Pak Tani yang berdiri ditengah ladang lalu ia lari ketakutan, tak jadi mencuri.
Malam berikutnya kancil datang lagi, ia masih melihat sosok itu lalu lari ketakutan lagi. Berhari-hari seperti itu hingga kancil menyadari bahwa selama ini Pak Tani hanya berdiri diam ditengah ladang. Ia pun curiga. Ia memberanikan diri mendekati sosok itu. Makin dekat. Makin dekat…bukan main kesalnya kancil karena ia telah ditipu oleh Pak Tani. Saking kesalnya ia pun menendang orang-orangan sawah itu dengan salah satu kaki depannya dan ouch!!,,,lengket! Kakinya melekat pada orang-orangan sawah itu dan tak bisa lepas. Makin kesal, kancil menendang dengan kaki lainnya dan ouch!!,, lengket lagi. Kancil mulai panik dan berusaha melepaskan diri dari tubuh orang-orangan sawah itu dengan memancalkan (iki opo basa indonesa ne?!) kedua kaki belakangnya pada orang-orangan sawah tersebut. Tapi yang terjadi justru kini kancil benar-benar terjebak, keempat kakinya melekat erat pada orang-orangan sawah tersebut. Ia tertangkap.”
Dahulu, jika mengingat kisah ini saya akan membayangkan betapa malangnya si kancil menangis meraung hingga akhirnya ditangkap dan disembelih Pak Tani kemudian dijadikan tongseng (ingat. Ini versi bapak saya). Tapi saat ini, saya justru fokus pada orang-orangan sawahnya. Mengingatkan saya pada salah satu teman saya yang kesal setengah mati berdebat di facebook dengan orang yang disebutnya memiliki kecenderungan Strawman[1] Fallacy.
Logical fallacy. Kesalahan logika. Kesesatan berfikir, atau cara berfikir yang salah/menyimpang dalam merespon suatu argumen dan biasa terjadi dalam debat maupun adu argumen. Ada banyak bentuk logical fallacy. Nah. Strawman adalah salah satu bentuk dari logical fallacy ini. Kenapa disebut strawman a.k.a. orang-orangan sawah?
Mas A dan Mas B berdebat tentang suatu topik. Orang pertama, Mas A, mengungkapkan argumennya. Orang kedua, Mas B, bukannya focus pada inti argumen pertama, ia justru menciptakan sebuah gambaran/imej/bayangan dari argumen tersebut. Bukannya menyerang focus argumen Mas A, Mas B justru menyerang gambaran/imej/bayangan yang ia ciptakan sendiri. Gambaran/imej/bayangan inilah yang dimajaskan sebagai strawman—orang-orangan sawah. Ilustrasinya:
Topik: Pemerintah memutuskan membeli pesawat tempur bekas milik Rusia.
Mas A : “Menurut saya kurang bijaksana jika langkah ini dilakukan dengan terburu-buru. Kondisinya perlu dipertimbangkan mengingat usianya yang sudah belasan tahun, aerodesign-nya yang bisa jadi tak cocok dengan iklim negara kita dan harganya yang tidak lebih murah dibandingkan pesawat bekas keluaran Amerika.”
Mas B : “Oh..jadi anda lebih mendukung amerika ya, sementara peran rusia yang secara historis pernah mendukung Indonesia tidak penting untuk anda?” “Jadi menurut anda pertahanan Indonesia saat ini tidak perlu diutamakan, sampai-sampai untuk melengkapi persenjataan kita saja harus ditunda lagi.” “jadi anda lebih rela kalo uang negara kita lagi-lagi masuk ke kantong Amerika ya?! Begitu?!”
Yang diserang oleh Mas B bukan lah inti argumen Mas A. Melainkan strawman yang diciptakan oleh Mas B sendiri. Apabila debat tersebut dilanjutkan, Mas A jadi kesal sendiri karena menurutnya Mas B menyebalkan sekali karena tak kunjung paham maksud argumennya dan justru menyudutkannya dengan hal-hal yang tidak ia maksudkan. Sementara Mas B melihat lawannya kesal justru merasa senang dan merasa menang karena telah membuat mas A tak berkutik. Padahal yang ia serang dan ia kalahkan adalah strawman yang ia ciptakan sendiri.
Mayoritas yang membaca ilustrasi ini mungkin menertawakan Mas B yang terjebak dalam kesenangan semu, atau menertawakan mas B yang terlalu bodoh untuk menyadari bahwa dirinya bodoh. By the way, cara saya memandang bentuk strawman ini sama seperti orang-orangan sawah yang ada di kisah si kancil. Pertama, strawman ini dimaksudkan untuk menggertak, menakut-nakuti, memberikan efek panik pada lawan bicara. Tentu saja, siapa yang tak kehabisan akal saat lawan bicara kita tak kunjung paham ucapan kita dan justru salah paham dengan maksud ucapan kita. Kedua, ia dimaksudkan untuk menjebak. Nah! Terhitung sejak SMA hingga pertengahan masa kuliah, entah sudah berapa presentasi dan berapa forum debat yang saya lalui, tak jarang saya menemui orang-orang dengan strawman fallacy ini. Saya kesal sekali sama mereka, lebih kesal lagi ketika menyadari betapa saya juga ketularan bodoh dengan meladeni mereka. Saya terjebak dan tak sadar justru membuat perilaku dan kata-kata yang saya keluarkan tampak menyedihkan. Jadi apa yang akan saya lakukan jika berdebat dengan pengguna strawman fallacy lagi? Saya akan sebisa mungkin segera meninggalkannya. Selain karena buang-buang tenaga saya pun tak mau jatuh ke lubang yang sama.
Intinya strawman disini bisa jadi memang merupakan suatu bentuk kesalahan logika. Tapi bukan tidak mungkin juga, ada orang-orang yang secara sadar menggunakannya sebagai strategi terakhir saat kehabisan bahan argumen dalam debat. Dan itu ampuh, karena tidak ada kekalahan yang lebih memalukan dalam suatu debat, selain karena rasa kesal yang membuat otak kita tak bisa berfikir jernih hingga tanpa sadar melakukan bom bunuh diri.
***
Perempuan dan Strawman Fallacy:
L : “Sayang, udahan ya telfonannya, mau fokus nonton bola dulu…”
P : “Ooh… jadi lebih penting nonton bola daripada akuh? Ok.”
L : “…………..” (mungkin dia langsung mati)
[1] Boneka berbentuk tubuh manusia yang terbuat dari jerami. Digunakan untuk menakut-nakuti/mengusir burung.
Hahahaaaa…….
Hahaha .. doang?