Recycle Brain

Waktu Yang Baik Untuk Menangis

Di sela waktu kerja malam ini, sempat-sempatnya aku nonton film lagi. Mungkin tidak akan buang waktu kalau yang ditonton adalah film baru atau yang sama sekali belum aku lihat. Tapi ini film lama. Bhajrangi Bhaijaan (2015). Ini ketiga kalinya kalau tidak salah. Bahkan setelah tiga kali menonton film yang sama, dengan cerita yang sama, suara, gerak dan langgam yang sama, aku masih menangis juga.

Continue reading

Teori Evolusi Agama

Sekitar tahun 2013 akhir, seorang teman memosting tabel grafik berikut ini di facebook dengan mengaitkan akunku dan akun seorang teman lain dari jurusan sejarah. “Menurut kalian ini benar gak?” begitu caption statusnya. Temanku ini cukup openmind, asumsiku, pertanyaan itu memang didasarkan pada rasa ingin tahu. Aku ingat gambar yang diposting saat itu bukan versi ini, melainkan versi potongan khusus di lini European- Arctic, bagian berwarna hijau-kuning yang ada Islamnya.

Continue reading

Dear Cecilia..

Tulisan ini harusnya dirilis tanggal dua puluh tujuh Januari Mulai kutulis pagi-pagi pukul tiga dini hari.  Tapi ia tak selesai, tersingkir oleh notifikasi deadline lain yang secara otomatis jadi alarm darurat di otak. Maklum yaa, aku juga kadang mempertanyakan apakah jalan hidup ini yang paling baik, karena lebih sering justru membuatku menyingkirkan hal-hal lain yang lebih penting. Sepenting hari ulang tahunmu, misalnya.

Continue reading

Radheya Karna

Bharatayuda atau Mahabharata bukan legenda, melainkan sebuah karya literasi. Pengarangnya Resi Vyasa atau Begawan Byasa. Konon, Begawan Byasa  membutuhkan seseorang yang mampu menulis dengan cepat, secepat plot cerita muncul di otaknya dan secepat rangkaian kata-kata keluar dari bibirnya. Tapi tidak satu manusia pun mampu mengimbangi kecepatan pikiran manusia lain. Maka Begawan Byasa meminta pertolongan Dewa Ganesha. Kesepakatannya, Ganesha akan menulis kisah ini dengan didikte oleh Begawan Byasa, tanpa berhenti sama sekali. Maka dimulailah penulisan kisah…

Continue reading

Sebutir Nasi di Malam Minggu

Prolog. Sejak lima bulan lalu ada yang tidak beres dengan lambungku. Aku tidak bisa makan nasi dalam porsi besar lagi. Oh No! porsi ‘normal’ pun tidak. Cepat kenyang. Lambungku bisa menampung lebih jika dipaksa, tapi berujung masalah akhirnya. Dokter bilang cuma perkara metabolisme saja, lambungku tidak bisa lagi menyerap karbohidrat dengan baik. Efek begah dan mual muncul, walau tidak sampai muntah. Tapi tubuhku masih butuh. Jadi aku harus makan sedikit-sedikit dan sering. Sejak itu porsi…

Continue reading

Aruna Jika Dibandingkan Dengan Tabula Rasa

Teaser Aruna dan Lidahnya sudah muncul kurang lebih sebulan saat aku dan Layla mengikat janji setia (?) untuk bersama-sama nonton film ini. Sebagai penikmat makanan, hukumnya fardhu ‘ain. Poster film Aruna yang pertama aku lihat, hanya memuat wajah 4 tokoh utama dan nama karakter yang mereka mainkan, tanpa menyertakan nama asli. Seolah menyatakan bahwa tanpa menyebut nama asli pun, seluruh Indonesia sudah tahu siapa mereka. Percaya diri sekali.

Continue reading

Politik Bagiku Adalah…

Sumur dengan pusaran air kotor. Ia siap menenggelamkanmu jika kamu takluk diantara arusnya. Aku baru saja mengatur filter pertemanan di media sosial yang aku punya. Menyingkirkan segala pembahasan tentang politik yang menjurus ke arah anarki. Ternyata ini melelahkan karena mayoritas teman-teman dunia mayaku adalah simpatisan kubu nomor 1 dan nomor 2. Aku tidak suka politik, tapi ada beban moral sebagai warga negara untuk setidaknya paham tentang perkara yang satu ini.

Continue reading