“Apa yang akan kamu sarankan untuk dicoba semua orang?”
Pertanyaan itu muncul di ask.fm waktu saya lagi kurang kerjaan. Gara-gara itu saya jadi kepikiran buat bikin tulisan ini dan akhirnya terealisasi juga. Tapi kenapa tips belajar?
Saya bukan anak jenius, tidak masuk kategori pintar juga, karena itu sejak kecil saya butuh banyak usaha untuk bisa belajar dan menyerap pelajaran. Saya butuh 2-3 kali baca hanya untuk memahami 1 materi. Saya memaksa diri untuk membaca lagi dan lagi, hingga hampir tidak bisa membatasi bacaan saya. Saya mengkhatamkan novel pembunuhan saat masih kelas 4 SD dan tahu cara baca kartu tarot setahun kemudian. Dulu. Sekarang sih otak saya udah rada jinak. Saya pikir satu-satunya usaha terbaik yang pernah saya lakukan hanyalah dalam urusan belajar.
Sebenarnya sih saya pengen juga ngasih rekomendasi merek lipliner dan cleanser yang saya pakai setiap hari. Tapi saya bukan beauty blogger dan gak PeDe posting muka sendiri.
***
CATATAN WARNA-WARNI
Kalau kalian setipe sama saya, mungkin cara berikut ini juga cocok buat kalian. Satu hal yang penting untuk menentukan metode belajar yang tepat adalah dengan mengenali diri sendiri: tipe pembelajar seperti apa kita ini?
Tentu akan lebih baik kalau kita tahu lebih awal (Sialnya, saya baru menyadarinya didetik-detik jelang ujian nasional SMA). Saya tipe audio-visual. Artinya yang memegang peranan penting dalam proses penyerapan informasi bagi saya adalah penglihatan dan pendengaran saya. Misal saya baca atau dengar cerita, otak saya akan secara otomatis merekonstruksi adegan-adegan. Imajinasi. Tapi saya kesulitan menyerap informasi dari barisan kalimat, terutama untuk jenis bacaan akademis yang bahasanya tingkat tinggi dan ratusan halaman tanpa ilustrasi. Karena itu buku catatan kuliah saya minim rentetan kalimat. Informasi yang saya pelajari sering saya transformasikan jadi mind map, timeline dan tanda panah disana-sini. Kalau terpaksa harus menulis banyak kata-kata, saya mengakalinya dengan pulpen berbeda warna. Buat saya sih, dengan begini catatan lebih menyenangkan untuk dibaca ulang dan gampang di ingat.
REKAM MATERI YANG MAU DIHAFALKAN
Saya kuliah jurusan sejarah. Beberapa yang baru tahu biasanya memberi komentar yang sama: “Hafalannya bagus dong ya..”
Sejujurnya.. tidak sama sekali. Saya tidak pandai menghafal dan saya hampir tidak pernah menghafal selama saya belajar sejarah. Tapi namanya sejarah, apalagi untuk urusan ujian, mau gak mau ada juga yang musti dihafalin. Yang saya lakukan adalah membaca keras materi yang mau dihafalkan kemudian direkam. Rekamannya saya dengarkan kapanpun ada waktu luang—jelang tidur misalnya. Dengan ini saya biasa buka materi hanya saat merekam dan akan ujian saja. Konsepnya sama seperti kalau kita sering dengerin lagu dangdut yang diputar di warteg langganan makan siang kita setiap hari. Sadar atau tidak—suka atau tidak, mau tak mau kita pasti hafal juga sama liriknya. Saya juga begitu, metode ini memang tidak efisien karena butuh usaha lebih. Tapi worth it.
By the way.. Saya tidak pernah merekam suara asli saya. Biasanya saya minta tolong temen buat baca atau saya pakai aplikasi pengubah suara macam ultra voice changer. Bukan apa-apa sih, saya cuma rada gilo dan gelik denger suara sendiri.
NOTE AND STICKY NOTE
Kalau dirasa ada yang perlu dicatat, sebaiknya jangan menunda-nunda untuk mencatat. Lakukan saat itu juga. Untuk keadaan darurat, saya biasanya mencatat di aplikasi note atau draft pesan di HP. Buku-buku saya juga penuh sticky note dan coretan dimana-mana. Apalagi buku-buku kuliah yang susah dipahami itu. Setiap baca satu dua paragraf, inti dan hal penting langsung saya catat di dekatnya (di ruang margin buku). Ini tips dari salah satu dosen saya dan sangat membantu sekali. Kenapa? Karena semua mahasiswa punya kebiasaan yang sama untuk buku seperti ini : sekali baca, beberapa detik kemudian langsung lupa. Tapi wajar, buku teks kuliah memang tidak didesain untuk jadi buku bacaan macam novel. Makanya banyak yang buka buku-buku ini hanya untuk mengambil kutipan saja. Saya dulu juga begitu. Tapi ini sayang sekali, karena ilmu dalam buku itu tidak kalah menarik dibanding novel. Itu buku yang dihasilkan dari riset puluhan juta rupiah, puluhan hari bahkan puluhan tahun lho. Nah, catatan di tepi paragraf membantu kita menjaga dan membaca ulang ilmu itu.
Karena saya orangnya pelupa maka saya banyak menyimpan catatan. Apapun itu. Bukan hanya soal pelajaran, tapi kesimpulan, jadwal film, tanggal penting, judul, kutipan bahkan hal-hal yang gak penting sekali pun kadang saya catat. Well, mungkin gak dibutuhin untuk ujian atau urusan akademis lainnya. Tapi kalau kamu doyan nulis dengan gaya features dan story telling macam saya, jumlah semut yang berbaris di dinding pun layak dicatat.
BELAJAR SAMBIL DENGARIN MUSIK
Trik ini paling sukses saya aplikasikan di perpustakaan. Perpustakaan itu sepi dan bau kertas. Sepi sebenarnya bisa jadi kondisi yang baik untuk belajar, tapi tidak untuk orang macam saya. Sepinya perpustakaan bikin saya ngantuk dan pergerakan sekecil apapun—orang lewat, buku jatuh, atau mbak-mbak yang cekikikan diseberang meja—sukses membuat saya mengalihkan perhatian. Karena itu saya butuh musik.
Musik disini bukan untuk dinikmati, tapi untuk diabaikan. Pilih suara-suara yang familiar seperti lagu yang sudah hafal di luar kepala. Suara lain juga bisa, gak harus lagu, suara monyet atau ayam mungkin. Sekali lagi, harus yang familiar dan mudah untuk tidak dipedulikan. Fungsi lagu-lagu ini untuk memblokir pendengaran kita dari suara-suara asing yang bisa menarik perhatian tadi. Awalnya memang sulit, tapi lama-lama cara ini justru melatih saya untuk fokus sama tugas dan bacaan di meja. Its work!
Yang perlu diperhatikan adalah pemilihan lagu. Penting untuk memilih lagu yang tidak terlalu kamu suka, tapi ramah ditelinga—dan sekali lagi: familiar. Ingat bahwa lagu ini adalah lagu-lagu yang ‘tidak-akan-kamu-pedulikan’. Dalam playlist, jangan masukkan lagu baru atau lagu yang ear-catching karena kamu bakal penasaran sama lirik atau rhytm nya. Lagu balad yang cenderung mellow juga tidak saya rekomendasikan. Bikin ngantuk.
Jangan juga pasang lagu yang punya kenangan buat kamu.
Belajar atau apapun itu.. sampai lebaran monyet kamu bakal tetap gagal fokus kalau yang kamu denger itu lagu kenangan sama mantan.
***
Anyway. Saya bikin tulisan seperti ini bukan berarti saya mau sok pintar atau gimana. Justru karena saya mengalami kesulitan belajar, makanya saya mencari banyak jalan. Itupun tidak sempurna, karena saya telah angkat tangan dihadapan Fisika pada pertengahan kelas X SMA. Setelah banyak baca dan sekian pengalaman belajar itu, saya justru lebih berani mengakui bahwa saya ini amat sangat bodoh. Ijazah dan gelar hanya akan jadi kebanggaan sekejap mata. Pengetahuan yang kita dapat dibangku sekolah itu gak ada apa-apanya. Tapi satu hal yang pasti kenapa kita harus bersyukur dan tetap sekolah: karena sekolah memaksa kita untuk belajar. Dengan begitu sebagian dari kita mungkin menemukan koneksi yang menghubungkannya dengan pengalaman hidup dan masa depannya. Sebagian lagi menemukan minat keilmuan dan kecintaannya. Sementara sebagian yang lain menemukan cinta pertamanya.
*uhuk!*
em share yang manfaat mbak. memang ada banyak tipe orang belajar. tinggal kita harus tahu bagaimana tipe belajar kita