Kalau ada pelajaran yang jarang ditengok dalam kisah Mahabharata, kisah paling fenomenal di dunia sastra itu, maka pelajaran tersebut adalah :
“Don’t ever try to disgrace a woman.—Jangan coba-coba memperlakukan seorang wanita secara tidak hormat”
Ok. Buat para otak-otak melati, yang saya maksud tidak hormat disini bukan berarti kamu harus hormat (grak!) tiap ketemu perempuan, yaa. Melainkan setidaknya jangan coba-coba melecehkan atau merendahkan perempuan. Percayalah, kesenangan yang anda peroleh dari tindakan tersebut efeknya hanya sementara. Tidak sebanding dengan dampak jangka panjang yang akan anda terima. Setidaknya itu yang dikisahkan dalam kisah mahabarata.
Tersebutlah Dewi Gandhari, putri dari kerajaan Gandhara. Putri yang begitu dimuliakan sejak ia kecil hingga dewasa, menjadi kesayangan negeri, juga kesayangan sang kakak sekaligus putra mahkota, Pangeran Sengkuni. Suatu ketika datang pinangan untuknya, dari Hastinapura, negeri digdaya yang terkenal kemegahannya. Ia akan dinikahkan dengan salah satu pangeran dari negara tersebut. Gandhari tak berburuk sangka pada nasibnya. Hingga kenyataan menyentaknya tiba-tiba bahwa calon suaminya bukanlah Pandhu yang perkasa, melainkan Desthraratra yang buta.
Ada pula versi yang menyatakan bahwa Gandhari tak mengetahui bahwa ternyata ia adalah salah satu dari sekian putri yang di boyong ke Hastinapura untuk kemudian dipilih oleh para pangeran. Disebutkan bahwa Desthrarata sendiri yang memilih Gandhari karena ia berbau amis (saat tahu calon istri akan dipilih sendiri oleh Desthrarata, ini adalah strategi agar di tolak dengan melumuri tubuhnya dengan bau ikan. Namun, Desthrarata justru memilih putri yang berbau amis karena sadar diri akan kelemahannya yang buta). Versi lain menyebutkan bahwa Bhisma sendiri yang memilih dan memberikan Gandhari sebagai istri Desthrarata.
Gandhari diperlakukan secara tidak adil. Ia tak diberi kesempatan untuk memilih jawaban. Siapa yang sudi dinikahkan dengan seorang buta, tanpa basa-basi, tanpa cinta. Menolak pun tak bisa, jika Hastinapura merasa dilecehkan dengan penolakannya, maka kerajaan Gandhara yang akan menanggung akibatnya. Melangkah maju artinya menderita, mundur berarti binasa. Dengan berat hati ia akhirnya menikah dengan si buta dari hastinapura. Tak sanggup melihat kenyataan yang ia terima dengan bola matanya, Gandhari memutuskan untuk menutup mata selamanya dengan dalih pernyataan kesetiaan dan sependeritaan dengan sang suami.
Sudahkah? Pasrah? Berakhir begitu saja kah? Lalu apa artinya paragraf pertama tulisan ini? Mana pembalasannya??!
Heiiizz.. satu hal yang perlu diingat. Bahwa ketika seorang wanita terluka, dan ia menyimpan dendam dalam hatinya. Untuk membalaskan sakit hati itu..
Ia-tak-perlu-mengotori-tangannya.
Mmuahahahaha *ketawa jahat*
Apa yang terjadi setelah Gandhari bersumpah menutup penglihatan selamanya? Sosok lain yang begitu mencintai Gandhari hadir sebagai pembalas dendam. Sang kakak: Sengkuni. Memahami penderitaan yang dialami oleh adiknya, menangisi nasib yang menurutnya tak layak dijalani sang adik, Sangkuni datang ke Hastinapura dengan satu tujuan: Menghancurkan dinasti Kuru (dinasti penguasa Hastinapura). Membalaskan dendam pada penyebab penderitaan adiknya: Hastinapura. Sengkuni meninggalkan tahta nya sebagai raja gandhara, hanya untuk menjadi pengasuh para keponakannya sekaligus provokator dalam perjalanan Hastinapura setelah itu. Ia menebar kebencian, menghasut raja Desthrarata, mendidik 100 kurawa menjadi ksatria yang penuh ambisi dan haus kekuasaan. Hasilnya sudah terbaca, dinasti kuru menemui kehancurannya.
***
Kisah belum selesai.
Bertahun-tahun setelah Gandhari, muncul seorang wanita lain dengan nasib hampir serupa. Drupadi, putri dari Panchala. Seorang wanita yang memiliki self-respect yang tinggi, menilai segala yang ada pada dirinya sebagai sebuah anugrah. Seorang putri yang begitu percaya diri dan menghargai dirinya sendiri, hingga membuat orang lain pun menyadari bahwa ia memang pantas dihormati dan dihargai. Lalu apa yang terjadi ketika wanita ini diperlakukan secara tidak hormat ?
Pertama ia menjadi istri yang dimenangkan Arjuna melalui sebuah sayembara. Ia adalah piala. Kedua, hanya karena ucapan tak sengaja dari ibu kunthi, ia akhirnya menjadi istri dari 5 orang lelaki. Bukan hanya Arjuna, tapi juga keempat saudaranya. Ketiga, ia dipertaruhkan di meja judi justru oleh suami yang terkenal akan kebijaksanaannya. Pertaruhan itu berakhir dengan tindakan tidak terpuji dari Dursasana, adik Duryudana, yang menelanjangi Drupadi di aula istana Hastinapura. Dihadapan banyak orang.
Apa yang terjadi ketika wanita ini marah ?
Rangkaian kata bernada ancaman terucap di aula itu. Bahwa atas pelecehan yang ia terima, kurawa harus mati dan ia tak akan pernah mencuci rambutnya melainkan dengan darah dari dada Dursasana sebagai pembasuhnya.
Drupadi tak perlu membunuh kurawa satu per satu. Kelima suami, Krishna, dan seluruh keluarga Panchala nya yang akan membalaskan dalam perang baratayudha. Sementara Bima, suami yang begitu mencintainya, yang begitu marah saat sang kakak—Yudhistira, menjadikan Drupadi sebagai barang taruhan,, mengambil peranan sebagai malaikat maut bagi Dursasana. Dengan tangan kosong, ia mengoyak dada dursasana dan mengantarkan darahnya pada Drupadi. Tuntas sudah pembalasan dendam Drupadi.
.
.
.
Tamat.
N.B.
Sebenarnya dalam kisah mahabarata itu banyak cerita tentang wanita yang intinya sama tapi tak serupa. Seperti dewi Amba yang sakit hati karena ditolak Bhisma, trus reinkarnasi jadi penyebab kematian Bhisma. Ada juga dewi yang ditolak Arjuna, trus ngutuk Arjuna jadi banci. Yang begitu-begitu lah pokoknya. Intinya kehancuran seseorang atau sebuah kerajaan itu kebanyakan faktornya gara-gara wanita. Yaaah..begitulah. Susah emang jadi laki-laki.