Monolog

Senja Di Sebelas Maret

Semakin dewasa rasanya waktu berjalan semakin cepat saja. Kalau kata guru ngajiku, bukan waktu yang berlari, tapi hati kita yang berkurang kepekaannya. Karena mendekati akhir jaman, hati manusia  akan “mengikis” sedikit demi sedikit. Itulah sebab mengapa waktu terasa lebih cepat, mengapa manusia begitu mudah terjerat, mengapa pintu nurani perlahan menutup, dan mengapa nikmat hidup terasa tak pernah cukup.

 Sebentar lagi ramadhan. Ya, ramadhan sebentar lagi.
Ramadhan tahun ini akan jadi ramadhan keempat bagiku selama duduk dibangku kuliah. Cepat sekali masa berganti. Ramadhan pertama adalah pengalaman terberat. Masuk kuliah pertama di pertengahan ramadhan, mau tak mau harus berhadapan dengan yang namanya ospek. Lelah, bukan lelah fisik tapi lelah hati. Ramadhan kedua adalah saat patah hati. Bukan masalah besar karena bulan ramadhan memang gudangnya peluang amalan untuk meninggalkan masalah duniawi. Galaunya di pending sampai pasca ramadhan. Ramadhan ketiga adalah masa transisi, masa belajar menggenggam tanggung jawab. Dan ramadhan keempat nanti akan jadi ramadhan yang.. entahlah..
***

Hampir 4 ramadhan, yang berarti juga hampir 4 tahun aku mengemis ilmu di kampus ini : Universitas Sebelas Maret. Kurang lebih 5 tahun lalu waktu aku menginjakkan kaki di kampus ini, waktu itu masih jadi anak SMA yang sok-sok survey kampus. Rasanya Sebelas Maret itu kampus yang biasa saja. Setelah sekian waktu menjadi penghuni kampus ini, aku menyadari bahwa Sebelas Maret itu……….. memang biasa saja.

Tapi bukankah yang teristimewa seringkali hadir dari hal yang biasa ?

Cinta datang karena terbiasa. Aku terbiasa dengan kampus ini hingga aku jatuh cinta padanya. Bukan pada pandangan pertama. Tapi melalui proses yang panjang, proses yang dimulai dari titik 0. Kampus ini jadi satu bagian yang telah menyatu dalam rekamanneuron otak ini. Melekat dalam jejaring kenangan di hati.

Yang tak terlewatkan dari kampus ini adalah nuansa senjanya.

Senja kala langit cerah, dengan semburat lembayungnya menemani mereka yang joggingsore di sepanjang liku jalan kampus. Senja kala langit mendung, dengan awan hitam dan anak-anak kecil yang tetap bermain bola di lapangan. Senja kala langit hujan, menahan lebih lama di kampus, sekedar menggerutu atau merenungi memori. Senja di kampus ini begitu berkesan di mataku.

Senja saat hujan reda, dari beranda barat GOR kampus UNS
Senja adalah masa yang menyenangkan. Senja adalah saat dimana lelah butuh pelampiasan dan kuliah harus berganti kegiatan. Tiap senja menjelang, halaman rektorat akan penuh dengan warga dan mahasiswa yang jogging sore. Beberapa diantaranya bahkan bukan hanya jogging di halaman rektorat, tapi juga keliling area kampus. Biasanya kalo malas jogging, aku lebih memilih sekedar jalan-jalan sore keliling area kampus. Suasananya tak pernah membosankan. Tiap area kosong, pasti dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan. Entah untuk futsal, latihan Marching Band, atau jadi area latihan yoga sampai pencak silat.  Ibarat siang jadi parkiran, sore jadi lapangan.
Dibandingkan dengan kampus-kampus lain yang pernah ku kunjungi, Sebelas Maret memang lebih kondusif untuk kegiatan macam ini. Dibanding kampus lain, area hijau di Sebelas Maret lebih luas. Ditambah lagi dengan jalur pejalan kaki yang tahun 2013 ini selesai dibangun. Its gonna be perfect.
Senja di gerbang kampus Sebelas Maret juga tak pernah kehilangan denyut nadi. Baik gerbang depan maupun belakang. Kami menyebutnya boulevard. Tiap senja menjelang,boulevard selalu jadi andalan bagi para mahasiswa yang hanya ingin duduk bersenda gurau. Banyak penjual makanan ringan disekitar boulevard, ditambah dengan rimbunnya atap dedaunan dari pohon-pohon yang berbaris rapi sepanjang jalan masuk kampus ini. Sekitar semester 3 dan 4, aku sering menghabiskan senjaku di area boulevard bersama teman-teman sekelas. Ahh, jadi rindu. Senja dan Boulevard adalah kondisi yang tepat untuk nongkrong, curhat dan ngrumpi massal.
Tak kalah spesial adalah senja di fakultasku, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Dibelakang gedung pascasarjana, atau didepan gedung laboratorium micro teaching FKIP, biasanya ada anak-anak unit kegiatan vokal yang latihan nyanyi. Menyenangkan tiap kali mendengar suara mereka. Karena unit kegiatan vokal yang ditingkat universitas, levelnya jelas jauh beda dengan regu koor SMA. Tiap nada selalu dirangkai indah, entah siapa yang membuat aransemennya.
Sudah 3 tahun aku ikut kegiatan pers mahasiswa. Sekretariatnya ada ditengah-tengah area kampus FKIP. Didepan sekretariat ada lapangan futsal sekaligus basket. Kala sore menjelang akan ada anak-anak yang entah datang darimana, dengan semangatnya memanfaatkan lapangan ini untuk bermain. Kata salah satu adik tingkatku, Dani, mereka itu adalah anak-anak dari pemukiman sekitar kampus. Kenapa mereka main di sini? Karena mereka tak punya tempat bermain. Lahan disekitar rumah mereka telah habis dibangun kos-kosan dan rumah makan. Kurang lebih begitu analisisnya.
Dibelakang sekretariat ada lapangan tenis yang hampir tiap sore tak pernah kosong. Selalu ada pertandingan tenis yang bisa jadi tontonan. Kalau sedang  beruntung, kita bisa lihat mahasiswa-mahasiswa dari jurusan pendidikan olahraga yang latihan, mirip pemain profesional, keren. Kalau lagi sial, ada bapak-bapak dosen dan staff yang kalau tidak sukses menampik bola sampai melewati net, beliau bakal teriak-teriak spontan gak jelas bilang apa. (-_-“)

Suasana senja yang paling indah ada di sepanjang Bulan Oktober hingga Desember. Iya, karena disepanjang jalanan kampus Sebelas Maret, akan ada musim gugur sakura kuning.

Sakura kuning? Iya, sakura kuning. Teman-teman sering menyebutnya seperti itu. Aslinya sih bukan, itu guguran bunga dari pohon yang bernama angsana. Warnanya kuning dan memang memiliki siklus gugur. Bayangkan saja, kita berjalan dikala senja dengan sinar matahari temaram yang menembus sela-sela pepohonan. Perlahan angin berhembus dan kelopak-kelopak bunga kuning berguguran mengiringi langkah sepanjang jalan. . .

so sweet.

***
Sepele, tapi ini satu cerita cinta ku dengan kampus ini. Senja dikampus ini adalah kenangan indah yang suatu hari nanti akan jadi cerita pengantar tidur untuk anak-anakku. Kumpulan senja yang mengiringi langkahku menempuh pendidikan yang tak semua pemuda mampu mencicipinya. Senja dan sejuta cerita. Senja di kampus Sebelas Maret.
***

 

Ditulis disuatu senja yang penuh dengan  tanggungan tugas akhir semester. 
Inspirasi kadang datang disaat yang tak tepat.
terimakasih.

Leave a Reply