Monolog

Menekan Otoritas Tuhan

Manusia memiliki hasrat. Namun, hasrat itu cenderung menekan otoritas Tuhan.” — Hermanu Joebagio

 

https://static.pexels.com/photos/6605/dawn-nature-sunset-people.jpeg
https://static.pexels.com/photos/6605/dawn-nature-sunset-people.jpeg

Kelas metode penelitian kualitatif semester 6 tahun 2013, selalu spesial buat saya. Bukan karena materinya. Tapi dosennya. Salah satu dosen paling disegani di progdi pendidikan sejarah FKIP, UNS. Yahh..Derajat keilmuannya sudah terlalu tinggi. Ungkapnya sendiri. Pernah suatu kali beliau bilang bahwa kualitas otaknya sudah di bulan (?).

Sombong? Tentu saja. Kami berhak menilai beliau sombong. Tapi beliau juga punya hak untuk bersikap sombong. Faktanya, ilmunya memang sudah jauh diatas kami. Guru bukan dewa dan murid bukan kerbau, kata Soe Hok Gie. Masalahnya, ada saat dimana murid harus rela berada di posisi terendah untuk mendapatkan ilmu dari guru. Sudah kodrat, murid adalah mereka yang belum tahu dan guru adalah fasilitas untuk mencari tahu. Ironi memang. Saya membencinya, sekaligus mengaguminya.

Dengan jam mengajarnya yang terbilang padat, sekali dua kali tak jarang ia meninggalkan kelas kami. Ditambah secuil ilmu yang seringkali sulit diterima otak kami. Entah bagaimana, rasanya kuliah satu ini jadi sayang untuk dilewatkan. Pagi ini, hari ke-16 di bulan Mei, dimulai dengan pembahasan soal teori dalam metode penelitian kualitatif. Sesungguhnya bukan materinya yang saya tunggu. Dosen satu ini punya gaya sendiri dalam mengajar. Misal ia mengajar materi A, maka A ini bisa menyambung ke B, L, M, bahkan Z. Dari materi teori, saya lupa urutannya, tapi kami sempat bersinggungan dengan kasus Ahmad Fathanah dan mampir di dunia filsafat. Lalu kata-kata itu muncul. “Manusia memiliki hasrat. namun, hasrat itu cenderung menekan otoritas Tuhan”.

Berat untuk di cerna? iya.

Manusia punya hasrat, itu jelas dan pasti. Tapi kata “menekan otoritas Tuhan”.. Bagaimana mungkin manusia menekan otoritas Tuhan yang luas tak berbatas, meskipun hanya dengan hasrat. sekian detik kening saya berkerut karena beliau tak kunjung memberi penjelasan.

Akhirnya penjelasan itu jadi pelajaran buat saya hari ini :
Hasrat manusia itu cenderung menekan otoritas Tuhan. Selama ini Tuhan dipahami sebagai Zat yang terpisah dari kehidupan. Anda menyembah, yaa, anda memang menyembahnya. Tapi anda tidak benar-benar mengakui keberadaannya. Tuhan itu ada dimana? Tuhan itu ada disini (menunjuk dadanya: Tuhan ada di hati, ada dalam diri insan). Kalu anda menyadari bahwa Tuhan itu ada disini (menunjuk dadanya).. Maka setiap hasrat, setiap perbuatan anda akan terarah pada kehendakNYA. Bukan kehendak anda sendiri.”

“Maka ketika seorang manusia menentang kehendak Tuhan, saat itulah ia sedang berusaha menekan otoritas Tuhan”

***

Leave a Reply