Review

Review Sekuel Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno

Akhirnya rilis juga Kyoto Inferno! Sekuel dari Rurouni Kenshin a.k.a. live actionnya samurai X. Baru aja sampai kos dan jari-jari ini rasanya gatal banget butuh nulis.
***

Adegan dibuka dengan penampakan Kepala pasukan polisi Tokyo, yang melakukan pengejaran seorang kriminal kelas kakap hingga ke Kyoto. Yang ia dapati adalah kengerian saat perwira-perwiranya tertangkap dan dilempar satu persatu kedalam kubangan api. Penjahat satu ini memang tidak bisa dianggap remeh. Berbeda dengan kasus sebelumnya, dimana battosai gadungan yang bekerja dibawah gembong narkoba, penjahat satu ini justru jadi otak kriminalitas dengan merekrut banyak mantan samurai dan ahli pedang yang tak bisa menerima era baru, dimana pedang tak lagi berkuasa. Ia adalah Makoto Sishio.

Dalam pertempuran terakhirnya, ia disingkirkan dengan cara licik karena dianggap akan menghalangi jalan pemerintahan era baru. Ia ditusuk berkali-kali, dibakar, dan—sialnya—bertahan hidup. Dendam, berpadu dengan kekuatan dan kebengisan dalam dirinya, melahirkan petaka dan penderitaan di setiap tempat yang ia singgahi. Sishio bertujuan menggulingkan pemerintahan dan menciptakan ‘Era baru’ miliknya, dimana kekuatan pedang kembali berkuasa. Senapan api ditangan para polisi, tak mampu menjadi lawan seimbang bagi kekuatan mereka. Pemerintahan Jepang era baru yang dibangun dengan basis modernisasi, mau tak mau harus mengakui kelemahannya.

Sang pemimpin pemberontakan adalah seorang samurai dengan keahlian yang hanya bisa disaingi oleh ia yang terbaik dalam sejarah pertumpahan darah di tanah Jepang. Petaka yang lahir dari kesalahan pemerintahan di masa lalu harus dibayar oleh seorang mantan pembunuh yang terpaksa terjun ke medan pertempuran, justru setelah ia bersumpah tak akan membunuh lagi. Beban untuk menghentikan kekacauan yang ditimbulkan gerombolan Sishio, ada di tangan pemilik ‘sakabatto katana’. Himura Kenshin.

Akankah Kenshin menggugurkan sumpahnya untuk tidak membunuh? Dan petaka apa yang sedang disiapkan oleh Sihsio di kota Kyoto? Mampukah Kenshin menghentikannya??

Silahkan nonton di dioskop atau unduh di situs download kesayangan anda. Kalau ada. Heuheu 😀
***
Saya tidak bisa menjabarkan cerita dalam film ini secara lengkap. Selain gak etis, males juga ngetik banyak-banyak. Lagipula, yang hebat dari film ini justru pada adegan-adegan actionnya. Setiap adegan digarap dengan maksimal. Wajar, karena film ini ada dibawah naungan Warner Bross Japan. Bagaimana dengan jalan ceritanya? Oh tentu saja menarik meski mudah ditebak. Apalagi para penggemar samurai X yang sempat mengikuti season 2 animenya. Plotnya sedikit berbeda tapi seperti yang saya katakan tadi, mudah ditebak.

Tentu saja Kenshin akhirnya menerima tawaran pemerintah untuk menyelesaikan kasus Sishio. Mana mungkin tidak, dia kan lakon nya dalam kisah ini. Akhirnya Kenshin pergi ke Kyoto meninggalkan Kaoru dan lainnya, lalu tentu saja Kaoru menyusulnya. Kyoto Inferno yang berarti ‘Neraka Kyoto’ beserta setting pembakaran di awal dan tengah film jelas menunjukkan bahwa Sishio berniat membumihanguskan kota Kyoto. Yang menyebalkan adalah hingga pertempuran akhir di Kyoto, Kenshin tak juga berhadapan dengan Sishio dan ini berujung pada kenyataan bahwa sekuel ini dibagi jadi dua film. Akhir cerita? Tentu saja menggantung dan bikin penasaran. Sialan. Tapi tak apa, part 2 bakal hadir di Solo bulan November ini.

Terlepas dari jalan cerita, adegan actionnya luar biasa. Ini film yang diangkat dari manga Jepang, dengan hasil terbaik yang pernah saya tonton. Para penggemar anime dan manga Jepang pasti tahu, betapa kita sudah berkali-kali dikecewakan dengan film life action yang menggelikan. Dengan adegan-adegan yang tak masuk akal karena terlalu mengikuti plot manga, ditambah acting para pemerannya yang dibuat lebay. Mereka tak bisa sepenuhnya disalahkan sih, mungkin faktor finansial juga berpengaruh. Karena faktanya, film-film jepang yang diangkat dari komik manga dengan hasil yang berkualitas, hampir semuanya produksi Warner Bross. Selain Rurouni Kenshin, ada Kuroshitsuji yang bergenre horor & suspense. Juga ada Paradise Kiss yang bergenre romance.

Selain masalah pendanaan, sponsor danmasalah teknis penggarapan, sepertinya faktor lain juga berpengaruh pada kualitas film yang diangkat dari komik atau life action. Contohnya, komik-komik populer produk Marvels, ketika diangkatdalam bentuk film, hasilnya tentu memuaskan. Kenapa? Karena gambar dalam komik-komik barat itu gak seberapa bagusnya. Tiap tokoh dalam komik adalah tipikal yang fisiknya mudah ditemukan di dunia nyata. Meskipun ceritanya gak masuk akal, tapi dalam pemilihan aktor/aktrisnya lebih mudah karena karakter dalam komik pun hanya ‘orang biasa’. Tidak sulit memilih aktor/aktris yang berpenampilan biasa dengan karakter yang biasa.

Sementara komik/manga Jepang justru sebaliknya. Setting yang diangkat dalam manga Jepang umumnya adalah kehidupan sehari-hari, tapi dengan tokoh utama yang terlalu tidak biasa. Penokohan karakter utama, adalah seseorang dengan ketampanan/kecantikan luar biasa, dan karakter yang luar biasa: terlalu pintar, terlalu dingin, terlalu ceria, pokoknya semua yang keterlaluan. Gambar yang dituangkan dalam karya manga juga terlalu bagus, sehingga para penggemarnya pun berimajinasi terlalu tinggi. Akhirnya ketika digarap dalam film atau life action, banyak penggemar yang kecewa karena tak sesuai dengan imajinasi mereka.
Ups!! OK. Ini paragraf ngelanturnya kejauhan.haha 😀

Kembali ke Kyoto Inferno. Laga actionnya memang super keren dengan efek dan skill pemain yang tidak tanggung-tanggung. Tapi untuk penggemar romance, siap-siap kecewa. Satu-satunya adegan romantis di film ini hanya pelukan perpisahan untuk Kaoru saat Kenshin pamit ke Kyoto. Itu pun hanya 5 detik. Apa?? 5 detik saudara-saudara!! Lalu dilanjut adegan Kaoru yang terpaku merenung galau dipinggir sungai setelah Kenshin meninggalkannya. Gak tahu bagaimana pendapat penonton lain, tapi Kenshin dan Kaoru kurang terasa chemistry-nya hingga akhir film ini. Agak berbedadengan plot serial anime Samurai X season 2 yang menjadi titik romansa antara Kenshin-Kaoru, karena mereka berdua harus terpisah justru saat mulai menyadari perasaan satu sama lain. Semoga film selanjutnya nanti lebih keren, baik itu actionnya maupun romance-nya.

Takeru Sato kembali dipercaya sebagai pemeran Himura Kenshin seperti di film pertama dan terimakasih untuk itu. Sebelumnya Takeru sempat bermain juga dalam Kamen Rider Den-O, tapi waktu itu dia jelek sekali. Mungkin karena tuntutan adegan yang lebay dan make up yang terlalu dibuat-buat. Sementara dalam film Rurouni Kenshin, saya rasa memang ini peranyang memang tercipta untuknya. Selain penghayatan adegan actionnya bagus, gantengnya juga pas. Haha. Ternyata Takeru keren sekali dengan rambut panjang kemerah-merahan. Gondrong Karismatik (ini label yang saya tujukan untuk pria-pria yang kegantengannya meningkat drastis setelah berambut gondrong.haha). Ditambah kemampuannya untuk menyesuaikan karakter Himura Kenshin yang tenang, tiba-tiba konyol dan menakutkan saat serius. Well said, He complete it all.

Jadi semakin gak sabar menunggu film ketiga. Untuk semua penggemar adegan soft action, terutama penggemar Samurai X.. Kyoto Inferno is recommended. 😀

Leave a Reply